Kehamilan Risiko Tinggi (Bumil Resti): Siapa Saja yang Termasuk dan Apa yang Perlu Diwaspadai?

Article 10 Dec 2025 |
Penulis : Risda Monica, S.Gz., Dietisien
Seorang ibu hamil sedang duduk di tempat tidur sambil memegang kepala dan perutnya, tampak tidak nyaman atau pusing.

Kehamilan pada dasarnya merupakan proses alami, namun pada sebagian perempuan, kondisi tertentu dapat menempatkan mereka dalam kategori ibu hamil dengan risiko tinggi (bumil resti). Kelompok ini membutuhkan perhatian lebih karena memiliki kemungkinan lebih besar mengalami komplikasi yang dapat memengaruhi kesehatan ibu maupun perkembangan janin.

Siapa Saja yang Termasuk Bumil Resti?

Sebagian ibu hamil mungkin mendapatkan label "Kehamilan Risiko Tinggi" atau sering disingkat sebagai Bumil Resti oleh dokter kandungan. Mendengar istilah ini bisa menakutkan, namun penting untuk dipahami bahwa "risiko tinggi" bukanlah vonis buruk. Istilah ini hanyalah sinyal medis bahwa ibu dan janin memerlukan perhatian ekstra, pemantauan lebih ketat, dan perawatan khusus agar persalinan berjalan selamat.

Faktor Penyebab Bumil Resti

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang memiliki kemungkinan lebih besar terjadinya komplikasi pada ibu, janin, atau keduanya. Penyebabnya sangat beragam, mulai dari faktor usia hingga kondisi medis tertentu.

1. Faktor Usia

  • Usia <17 tahun

Tubuh remaja belum sepenuhnya matang untuk menunjang proses kehamilan dan persalinan, sehingga risikonya lebih tinggi.

  • Usia >35 tahun

Risiko kelainan kromosom pada janin meningkat, misalnya sindrom Down. Risiko hipertensi gestasional, preeklamsia, komplikasi persalinan, serta penurunan kualitas sel telur juga lebih sering ditemukan pada kelompok usia ini.

2. Riwayat Kesehatan

Ibu yang memiliki kondisi medis sebelum hamil atau kondisi yang baru muncul saat hamil lebih berisiko mengalami komplikasi, misalnya:

a. Penyakit kronis

Hipertensi, diabetes, penyakit jantung, lupus, gangguan ginjal, atau obesitas dapat membuat kehamilan berjalan lebih menantang. Pada ibu dengan penyakit kronis, tubuh harus bekerja lebih keras untuk menjaga kestabilan kesehatan sekaligus mendukung perkembangan janin.

b. Komplikasi saat Hamil

Preeklamsia, diabetes gestasional, atau tekanan darah tinggi yang baru terdeteksi selama kehamilan dapat mengganggu aliran darah dan suplai zat gizi ke janin. Oleh karena itu, kondisi-kondisi ini perlu pengawasan lebih intensif agar kehamilan tetap aman.

c. Kehamilan Kembar atau Lebih

Pada kehamilan dengan dua janin atau lebih, tubuh bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan ganda. Hal ini meningkatkan risiko komplikasi seperti persalinan prematur dan gangguan pertumbuhan janin.

3. Riwayat Kehamilan Sebelumnya

Ibu yang memiliki riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya juga digolongkan sebagai bumil resti. Misalnya, perempuan yang pernah mengalami keguguran berulang, kelahiran prematur, bayi lahir mati (stillbirth), atau perdarahan berat pada kehamilan sebelumnya.

Riwayat operasi caesar pun dapat meningkatkan risiko, terutama jika jarak kehamilan terlalu dekat, terdapat bekas luka yang tipis pada rahim, atau ada riwayat komplikasi seperti plasenta previa dan plasenta akreta. Semua kondisi ini membutuhkan pemantauan kehamilan yang lebih intensif agar risiko dapat dikelola dengan baik.

Apa Risiko yang Bisa Terjadi pada Ibu dan Janin?

Memahami risiko bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membangun kewaspadaan. Jika tidak ditangani dengan baik, kehamilan risiko tinggi dapat membawa dampak serius. Berikut risiko yang dapat terjadi:

A. Risiko pada Ibu

1. Preeklamsia

Kondisi tekanan darah tinggi yang berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan organ (hati dan ginjal) serta kejang (eklampsia).

2. Diabetes Gestasional

Dapat meningkatkan risiko persalinan melalui operasi caesar dan risiko diabetes tipe 2 di masa depan.

3. Pendarahan

Terutama jika ada masalah pada plasenta, seperti plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir).

B. Risiko pada Janin

1. Kelahiran Prematur

Bayi lahir sebelum usia kandungan 37 minggu. Ini adalah risiko paling umum yang dapat menyebabkan organ bayi belum matang sempurna (terutama paru-paru).

2. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Pertumbuhan janin terhambat karena suplai nutrisi atau oksigen yang kurang optimal.

3. Kelainan Bawaan

Risiko ini lebih tinggi pada kehamilan di usia lanjut atau jika ibu memiliki diabetes yang tidak terkontrol.

Bagaimana Mengelola dan Mencegah Risikonya?

Kabar baiknya, dengan kemajuan teknologi medis saat ini, banyak ibu dengan kehamilan risiko tinggi yang berhasil melahirkan bayi sehat. Kuncinya adalah kepatuhan dan deteksi dini. Berikut tips yang direkomendasikan:

1. Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Lebih Intensif

Berbeda dengan kehamilan normal, Bumil Resti mungkin perlu mengunjungi dokter spesialis kandungan (Obgyn) atau bahkan subspesialis Fetomaternal lebih sering. Jangan pernah melewatkan jadwal kontrol.

2. Skrining Lengkap

Lakukan pemeriksaan USG fetomaternal, tes darah lengkap, tes urin (untuk memantau protein dan gula), serta tes genetik (seperti NIPT) jika disarankan dokter untuk mendeteksi kelainan sejak dini.

3. Gaya Hidup Sehat dan Asupan Gizi Tepat

  • Konsumsi asam folat, kalsium, dan zat besi sesuai resep.

  • Hentikan total rokok dan alkohol.

  • Jaga kenaikan berat badan agar tetap dalam rentang yang direkomendasikan dokter (BMI).

4. Kenali Tanda Bahaya (Red Flags)

Segera ke IGD jika mengalami pendarahan vagina, sakit kepala hebat yang tidak hilang, pandangan kabur, nyeri ulu hati, atau gerakan janin berkurang drastis.

5. Dukungan Mental

Kecemasan dapat memperburuk kondisi fisik, terutama tekanan darah. Ajak pasangan atau keluarga terlibat, bergabunglah dengan komunitas, atau konsultasikan ke psikolog jika diperlukan.

Kesehatan Ibu

ic-brand
Tunggu sebentar