Ngidam adalah hal yang hampir selalu dikaitkan dengan kehamilan. Mulai dari ingin makan mangga muda tengah malam, tiba-tiba suka makanan yang dulu tidak doyan, sampai kombinasi rasa yang bikin siapa pun geleng kepala. Menariknya, ngidam tidak hanya soal “keinginan aneh”, tetapi juga punya dasar biologis dan psikologis yang bisa dijelaskan secara ilmiah.
Apa Itu Ngidam?
Berbeda dengan rasa lapar biasa yang bisa dipenuhi dengan makanan apa saja, ngidam cenderung “menginginkan sesuatu yang sangat spesifik”.
Dalam dunia medis, ngidam atau pregnancy craving sering dikaitkan dengan perubahan sensori pada ibu hamil. Jadi ini bukan sekadar “pengen makan enak”, tetapi dorongan biologis yang sering tidak rasional. Kebalikannya adalah food aversion, yaitu rasa tidak suka atau mual terhadap makanan tertentu yang sebelumnya mungkin disukai.
Saat Usia Kehamilan Berapa Biasanya Ngidam Terjadi?
Ngidam tidak terjadi sepanjang waktu selama 9 bulan penuh. Pola waktunya biasanya terbagi sebagai berikut:
Trimester Pertama (Minggu 1-12)
Masa awal mulai munculnya ngidam. Sebagian besar ibu mulai merasakan perubahan selera makan di minggu-minggu awal seiring dengan lonjakan hormon.
Trimester Kedua (Minggu 13-27)
Ini masa puncak ngidam. Pada periode ini, morning sickness (mual muntah) biasanya mulai mereda, sehingga nafsu makan kembali, namun dengan preferensi yang sangat spesifik.
Trimester Ketiga (Minggu 28-Lahiran)
Intensitas ngidam biasanya mulai menurun seiring tubuh bersiap untuk persalinan, meskipun beberapa ibu tetap mengalaminya hingga melahirkan.
Kenapa Ngidam Bisa Terjadi?
Hingga saat ini, para ilmuwan belum menyepakati satu penyebab tunggal. Namun, ada tiga teori ilmiah utama yang mendasarinya:
1. Badai Hormonal dan Dysgeusia
Selama hamil, tubuh dibanjiri hormon hCG (human chorionic gonadotropin), estrogen, dan progesteron. Perubahan ini memengaruhi reseptor lidah dan indra penciuman. Kondisi ini disebut dysgeusia (perubahan indra perasa). Makanan yang dulunya enak bisa terasa seperti logam, dan makanan yang dulunya aneh tiba-tiba terasa sangat lezat di lidah ibu hamil.
2. Teori Defisiensi Nutrisi (Nutritional Deficit Hypothesis)
Salah satu teori yang kerap disebut adalah bahwa ngidam dapat dipicu oleh penurunan asupan zat gizi. Ketika ibu hamil mengalami mual dan muntah sehingga makan jadi kurang, tubuh memberi sinyal untuk mencari makanan tertentu sebagai “kompensasi”.
Misalnya, jika tiba-tiba ingin es krim atau makanan manis, itu bisa menandakan tubuh sedang membutuhkan tambahan energi atau glukosa. Contoh lain, keinginan kuat terhadap makanan asin dapat berkaitan dengan kebutuhan elektrolit atau cairan, sedangkan hasrat makan makanan berprotein seperti telur atau daging bisa muncul ketika asupan protein beberapa hari sebelumnya tidak optimal.
Meskipun begitu, teori ini belum sepenuhnya terbukti dan ngidam tetap dipengaruhi banyak faktor lain seperti hormon, emosi, dan kebiasaan makan sebelum hamil.
3. Faktor Psikososial
Kehamilan adalah masa penuh tekanan emosional. Makanan tertentu (seperti es krim atau makanan masa kecil) memicu pelepasan dopamin di otak yang memberikan rasa nyaman (comfort food).
Jenis Ngidam yang Umum Terjadi
Jenis makanan yang diidamkan biasanya masuk dalam beberapa rasa. Berikut jenis ngidam yang biasa terjadi:
Ngidam makanan atau minuman manis seperti cokelat, es krim, buah-buahan manis, dan kue. Ini adalah jenis ngidam paling umum ditemukan.
Ngidam makanan yang terasa asin dan gurih seperti keripik kentang, fast food. Selain itu bisa juga makanan yang berbumbu kuat.
Rasa asam & pedas juga seringkali menjadi jenis ngidam yang umum terjadi. Segarnya rujak, mangga muda, acar, atau makanan dengan cabai sering kali membantu menekan rasa mual.
Ada kondisi ngidam berbahaya yang disebut Pica, yaitu keinginan memakan benda bukan makanan seperti tanah, kapur, sabun, atau beras mentah. Ini adalah tanda bahaya medis yang menunjukkan kekurangan zat besi atau seng yang parah dan harus segera dikonsultasikan ke dokter.
Apakah Ngidam Harus Selalu Diikuti?
Mitos yang beredar di masyarakat Indonesia mengatakan: "Kalau ngidam tidak dituruti, nanti anaknya ngeces (ileran)." Secara medis, pernyataann ini adalah mitos 100%. Tidak ada korelasi antara menuruti ngidam dengan produksi air liur bayi.
Ngidam tidak harus selalu diikuti, terutama jika makanan tersebut membahayakan janin (misalnya: steak setengah matang, sushi mentah, alkohol). Selain itu ketika Ibu memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti Diabetes Gestasional (kencing manis saat hamil) atau Hipertensi (darah tinggi), maka mengikuti keinginan makan manis atau asin berlebihan bisa memperburuk kondisi ini.
Jika ngidamnya adalah makanan sehat atau makanan netral dalam porsi wajar, menuruti ngidamnya bisa memberikan kepuasan psikologis yang baik untuk mood ibu hamil.
Tips Mengelola Ngidam dengan Tepat
Mengelola ngidam itu soal menjaga keseimbangan antara keinginan dan kesehatan. Berikut tips yang bisa diterapkan:
1. Lakukan Substitusi
Lakukan substitusi cerdas dengan memilih alternatif yang lebih sehat. Misalnya:
Ketika ingin es krim bisa memilih yogurt rendah lemak atau smoothie buah beku
Ketika ingin keripik asin bisa mengganti dengan kacang panggang atau popcorn tanpa banyak mentega
Ketika ingin makanan manis bisa memilih buah segar atau cokelat hitam.
2. Terapkan Prinsip 80/20
Terapkan porsi kecil dengan prinsip 80/20, yaitu memastikan sekitar 80% makanan yang dikonsumsi bergizi baik, sementara 20% sisanya boleh digunakan untuk memuaskan ngidam dalam porsi kecil.
3. Makan Teratur
Jaga jadwal makan tetap teratur karena ngidam sering muncul akibat penurunan gula darah yang tiba-tiba; makan dalam porsi kecil namun sering (sekitar 5–6 kali sehari) dapat membantu menjaga kadar gula darah stabil.
4. Alihkan Perhatian saat Keinginan Muncul
Alihkan perhatian ketika keinginan muncul karena terkadang ngidam hanya merupakan sinyal tubuh yang salah artikan seperti rasa bosan atau haus. Coba minum air putih, berjalan sebentar, atau beristirahat sejenak dan jika keinginannya mereda, berarti itu bukan kebutuhan biologis yang mendesak.