Sering Dikira Sama, Padahal Anak Stunting, Pendek, dan Kerdil Berbeda!

Article 02 Jun 2025 |
img author
Risda Monica, S.Gz., Dietisien
Pengukuran Tinggi Badan Anak oleh Petugas Kesehatan

Banyak orang mengira stunting, pendek, dan kerdil memiliki arti yang sama karena sama-sama berkaitan dengan kondisi tubuh anak yang lebih rendah di usianya. Padahal, ketiga istilah tersebut memiliki makna, ciri, dan penanganan yang berbeda.

Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan dari ketiga kondisi ini agar kita bisa mengenali keadaan anak dengan lebih tepat dan mengambil langkah yang sesuai untuk mendukung tumbuh kembang mereka secara optimal.

Pengertian Stunting, Pendek, dan Kerdil

Stunting

Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan pada anak usia di bawah lima tahun yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu lama. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tinggi badan di bawah rata-rata usianya dan berisiko mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif. Tanda-tanda stunting biasanya baru terlihat setelah anak berusia 2 tahun.

Penentuan diagnosis stunting hanya bisa dilakukan oleh dokter karena bukan hanya berkaitan dengan tanda-tanda fisik, stunting juga biasanya disertai dengan penyakit atau tanda-tanda klinis lain.

Pendek

Pendek dapat merujuk pada kondisi ketika seseorang memiliki tinggi badan lebih rendah dari rata-rata untuk usianya. Tidak semua anak yang bertubuh pendek mengalami stunting, karena postur tubuh pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik atau kondisi medis tertentu.

Anak dengan tinggi badan di bawah rata-rata tidak selalu memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit degeneratif atau gangguan fungsi kognitif. Seiring pertumbuhan, anak dengan tubuh pendek tetap memiliki peluang untuk mengejar ketertinggalan tinggi badannya dibandingkan teman sebayanya.

Kerdil

Kerdil bisa terjadi pada anak-anak juga orang dewasa. Orang kecil atau kerdil atau dalam ranah medis di sebut dengan istilah dwarfisme merupakan salah satu bentuk disabilitas yang secara fisik, ukuran beberapa anggota tubuh penyandangnya berbeda dengan ukuran tubuh manusia normal lainnya.

Individu dengan kondisi dwarfisme umumnya memiliki postur tubuh yang secara signifikan lebih pendek dibandingkan tinggi rata-rata manusia pada usia yang sama. Ciri lainnya yaitu, ukuran lengan, tungkai dan jari cenderung pendek dari ukuran normal, ukuran kepala lebih besar dengan dahi yang menonjol, memiliki kelainan bentuk tulang belakang, tungkai kaki berbentuk O, dan ototnya lebih lemah.

Perbedaan Stunting, Pendek, dan Kerdil

Ciri perbedaan yang paling menonjol adalah dengan melihat status gizi menurut tinggi badan anak tersebut. Stunting dikenali melalui tinggi badan anak yang berada di bawah standar yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan yang pengukurannya menggunakan nilai Z-score. Stunting juga disertai gangguan kognitif.

Sementara itu, anak yang pendek saja tanpa ada kondisi khusus lain tidak bisa langsung dikategorikan stunting. Berbeda lagi dengan kondisi kerdil. Individu yang kerdil memiliki ganguan pada struktur biologis, sehingga tinggi badan mereka hanya berkisar sekitar 60-100 sentimeter.

Faktor Penyebab Stunting, Pendek, dan Kerdil

Penyebab Stunting

Beberapa faktor penyebab stunting antara lain:

  1. Kekurangan asupan gizi dalam waktu panjang, sehingga mengganggu proses pertumbuhan anak (gagal tumbuh).

  2. Adanya penyakit infeksi, sehingga dapat mengganggu penyerapan zat gizi di dalam tubuh.

  3. Tidak memberikan ASI eksklusif dapat meningkatkan risiko stunting.

  4. Kurangnya pengetahuan dan perilaku orang tua tentang gizi dan kesehatan anak.

Penyebab Pendek

Beberapa faktor penyebab anak menjadi pendek antara lain:

  1. Faktor paling sering yaitu karena keturunan karena bakat tinggi seorang anak dipengaruhi oleh tinggi badan orang tua.

  2. Penyakit kronis yang menahun, sehingga memengaruhi pertumbuhan anak.

  3. Kurangnya stimulasi dan lingkungan yang tidak mendukung. Misalnya kurang sosialiasi atau aktivitas bermain di luar dengan sebaya, lingkungan yang sering begadang, dan tidak pernah mengecek pertumbuhan.

Penyebab Kerdil

Beberapa penyebab kerdil antara lain:

  1. Kelainan genetik bawaan seperti achondroplasia yang terjadi karena adanya mutasi gen, sehingga menyebabkan pertumbuhan tulang terhambat.

  2. Gangguan hormon seperti kurangnya kadar hormon pertumbuhan dalam tubuh.

Cara Mencegah dan Mengatasi Kondisi Stunting, Pendek, dan Kerdil

Cara Mencegah Kondisi Stunting

Stunting pada anak dapat dicegah dengan menerapkan Tips ABCDE dari Kemenkes RI sebagai berikut:

 (A) Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)

  1. Anjuran konsumsi TTD bagi remaja putri yaitu sebanyak 1 tablet seminggu sekali.

  2. Anjuran konsumsi TTD bagi Ibu hamil yaitu sebanyak 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan).

(B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali

Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal enam kali, dua di antaranya dilakukan oleh dokter untuk pemeriksaan USG.

(C) Cukupi konsumsi protein hewani

 Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan.

(D) Datang ke Posyandu setiap bulan

Datang ke posyandu setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita melalui penimbangan, pengukuran, serta pemberian imunisasi secara rutin.

(E) Eksklusif ASI 6 bulan

  ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.

Cara Mengatasi Kondisi Stunting

Berikut adalah beberapa tips menanggulangi anak yang sudah stunting:

1. Intervensi Gizi

Berikan makanan bergizi seimbang tinggi protein, vitamin, dan mineral seperti zat besi, seng, dan vitamin A.

2. Pemulihan Gizi pada Anak Stunting

Berikan makanan tambahan khusus pemulihan (seperti PMT - Pemberian Makanan Tambahan) yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.

3. Perawatan Kesehatan Teratur

Obati dan cegah infeksi (seperti diare dan ISPA) yang mengganggu penyerapan gizi.

Cara Mencegah Kondisi Pendek

Berikut adalah beberapa tips agar anak tidak mengalami kondisi pendek:

  1. Pastikan kebutuhan zat gizi terpenuhi secara optimal sejak dini, termasuk selama masa kehamilan.

  2. Tidur yang cukup karena hormon pertumbuhan banyak diproduksi saat tidur.

  3. Pantau pertumbuhan secara berkala dan deteksi dini jika ada deviasi dari kurva pertumbuhan.

Cara Mengatasi Kondisi Pendek

Berikut adalah beberapa tips menanggulangi anak yang masih tergolong pendek:

  1. Periksakan anak ke dokter spesialis anak untuk menilai kemungkinan gangguan pertumbuhan akibat kondisi medis, seperti defisiensi hormon pertumbuhan.

  2. Berikan suplemen sesuai kebutuhan apabila mengalami kekurangan zat gizi tertentu.

  3. Stimulasi motorik dan sensorik secara rutin dapat mendukung perkembangan anak secara maksimal.

Cara Mencegah Kondisi Kerdil

Pencegahah terjadinya kondisi kerdil terbatas karena mayoritas kondisi ini bersifat genetik atau bawaan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:

  1. Skrining genetik prakonsepsi jika ada riwayat keluarga.

  2. Rutin periksa kehamilan dan menjaga kandungan secara optimal untuk meminimalkan komplikasi kehamilan yang bisa memperparah kondisi bawaan.

Cara Mengatasi Kondisi Kerdil

Berikut adalah beberapa tips menanggulangi anak kerdil:

  1. Lakukan terapi hormon dann pendampingan dari dokter spesialis endokrin jika gangguan pertumbuhan disebabkan oleh kondisi genetik seperti achondroplasia atau kekurangan hormon pertumbuhan.

  2. Berikan terapi fisik dan okupasi untuk membantu anak lebih mandiri dalam menjalani aktivitas harian.

  3. Berikan dukungan psikososial kepada anak dan keluarganya untuk membangun rasa percaya diri dan kesejahteraan emosional.

Referensi:

Ulfa, H., & Salam, N. E. (2024). Pengalaman Komunikasi Dan Konsep Diri Mahasiswa Penyandang Dwarfisme Di Pekanbaru. AICCON, 1, 428-433.

Fauziah, J., Trisnawati, K. D., Rini, K. P. S., & Putri, S. U. (2024). Stunting: Penyebab, Gejala, dan Pencegahan. Jurnal Parenting dan Anak, 1(2), 11-11.

Rahmawati, L. A., Hardy, F. R., & Anggraeni, A. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting sangat pendek dan pendek pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Sawah Besar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat: Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat, 12(2), 68-78.

ic-brand
Tunggu sebentar